Minggu, 17 November 2013

Waktu yang tercuri dalam “The Stolen Years”

Kini kita kembali ke pertanyaan yang sudah pernah saya ajukan sebelumnya: bagaimana kita memperlakukan kenangan?

Dalam “The Stolen Years”,  He Mann dan Yu,  memerankan pasangan suami istri yang kemudian bercerai setelah lima tahun menikah. Adegan awal sangat manis, jika tidak bisa dibilang corny, semacam pengkhianatan bagi ending yang menjadi terlalu sedih.

He Mann kemudian mengalami kecelakaan dan terbangun mendapati 5 tahun dalam memorinya telah hilang. Ia beranggapan, Yu masih suaminya, namun ternyata mereka telah berpisah.



He Mann tidak bisa mengingat apapun, dan beranggapan kalau Yu masih suaminya. Ia bahkan pindah ke rumah Yu, menciptakan konflik nanggung dengan pacar Yu. Bahkan pacar Yu, tersisihkan, tidak diberi ruang banyak untuk eksplorasi karakter, menghilang demi memberi Yu dan He Mann keleluasaan di film ini.

Film ini memang tidak jelek, namun sutradara menggiringnya menjadi film yang mengharu biru. Cerita tentang Alzheimer pernah diungkap dalam “Love and Other Drugs”, tapi film ini begitu muram di akhir, meski di awal dan pertengahan ada potensi untuk menjadi sebuah saccarine.

Dari segi desain produksi, film ini sangat ngepop. Kedua tokoh utama bekera di biro iklan, serta banyak placement produk yang ngetop di jaman sekarang. Untuk sesaat terlihat akan menjadi hiburan yang memikat, namun kisah cinta mereka tidak meninggalkan kesan kuat setelah layar tertutup.

Kembali ke pertanyaan tentang kenangan. Dalam film ini, kita tidak bisa berbuat apa-apa ketika kenangan menghapus dirinya dari kita. Jika memang demikian, motivasi He Mann semata cinta.



Dia adalah seorang perempuan yang suatu hari terbangun dan mendapati kekasihnya sudah bukan miliknya lagi. Dalam hujan, dia mengatakan hal ini, bertanya pada Yu. Inilah satu dari sedikit adegan memorable di film ini.

Rating: 3/5




Tidak ada komentar:

Posting Komentar